Masriadi Sambo

Top Menu

  • Home Page Utama
  • Tentang Saya

Main Menu

  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Artikel
  • Buku
  • Catatan
  • Cerpen
  • Info
  • Jurnal
Sign in / Join

Login

Welcome! Login in to your account
Lost your password?

Lost Password

Back to login

Masriadi Sambo

Masriadi Sambo

  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Artikel
  • Buku
  • Catatan
  • Cerpen
  • Info
  • Jurnal
  • Desau Kesejukan di Kebun Kurma Terluas di Aceh

  • Kritik Buat Gugus Tugas Covid-19

  • Menikmati Sejuk di Lhok Sijuek ….

  • Dan Uban pun Bertambah | 15 Desember

  • Kisah Nur Fadhilah, Lumpuh Total, Ditinggal Suami dan Membesarkan Anak

  • Palang Pintu Terakhir Penderita HIV di Aceh….

  • Cerita Dani kembangkan Bisnis Kopi

  • Secangkir Kopi Nira di Suatu Sore…

Catatan
Home›Catatan›Pesona Batu Pase untuk Seluruh Negeri

Pesona Batu Pase untuk Seluruh Negeri

By Masriadi Sambo
Juni 29, 2019
114
0
Share:

Zaman batu belum berakhir di Aceh. Kalimat itu cocok ditabalkan untuk batu yang berasal dari Kerajaan Samudera Pasai, Aceh Utara. Di lokasi kerajaan Islam pertama di nusantara itu banyak ditemukan berbagai macam jenis batu dari seluruh negeri.

Ihwal batu itu diungkapkan Sayed Ahmad Sabiq, pemilik Aceh Gamestone di Desa Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Aceh, satu hari akhir tahun 2015 lalu.

Berbagai batu seperti akik dan batu mulia tersimpan di perut bumi Kerajaan Pase. “Batu itu akik dan batu mulia. Misalnya di bekas kerajaan di Kecamatan Samudera dan Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara saya temukan batu dari Cina, Rusia, Persia, bahkan ada batu jenis turquise atau pirus dari Cina,” sebut Sayed.

Menurutnya, batu tersebut didatangkan oleh raja-raja Pase pada abad ke 12 masehi. Peneliti sejarah Kerajaan Samudera Pase, Taqiyuddin Muhammad membenarkan bahwa kawasan kerajaan Pase tempo abad ke 12 membentang dari Kecamatan Samudera hingga Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara.

“Batu-batu itu memang khusus didatangkan. Jadi, soal batu untuk aksesoris, cincin dan lain sebagainya sebenarnya sudah menjadi tren sejak zaman dulu,” ungkap Sayed.

Dia merupakan pedagang khusus batu Pase. Batu lainnya jenis giok dan sebagainya hanya dijual sekadarnya saja.

Soal peminat, sambung Sayed, batu Pase umumnya disukai oleh pembeli dari Brunei Darussalam, Malaysia, Turki dan negara Islam lainnya. “Tentang batu, Pase (Aceh Utara dan Lhokseumawe) ini beruntung. Seluruh jenis batu dari belahan dunia mana pun ada di sini. Biasanya, satu negara hanya memiliki empat corak batu saja, Pase memiliki seluruhnya,” terang Sayed.

Pria berambut gondrong ini menekuni usaha batu jauh sebelum demam batu melanda nusantara. Puluhan tahun lalu, dia telah berburu batu ke pelosok Aceh.

“Soal harga, batu Pase bisa kita jual paling murah itu 200 ribu rupiah. Saat ini saya punya Blue Sapire dengan 98,89 ct dan sertifikat dari Grilab Jakarta. Bahannya saya jual 250 juta rupiah. Kalau sudah jadi cincin, harganya bisa jauh lebih mahal,” ujarnya.

Apakah minat pembeli terhadap batu Pase menurun seiring dengan memudarnya tren batu di tanah air? Sayed tersenyum tipis. Dia buru-buru menjawab bahwa tidak pernah terjadi penurunan minat pembeli untuk batu Pase.

“Pembeli terus berdatangan dari luar negeri. Yang turun itu kan giok, itu pun karena masyarakat kita terlalu jor-joran melepaskan batu-batunya. Sehingga barang jadi banyak dan harga anjlok,” terangnya.

Dia menilai, strategi bisnis dari penggiat batu Aceh kurang mumpuni. Kondisi itu membuat harga batu semakin murah. Namun, tidak untuk batu Pase.

“Sampai sekarang pesona batu Pase masih bertahan. Pesonanya sampai ke belahan dunia mana pun. Khususnya negara muslim,” ujarnya.

Kini, Aceh Utara dan Lhokseumawe sebagai bekas kawasan Kerajaan Samudera Pase tidak hanya dikenal karena kebesaran nama kerajaan itu. Namun, juga dikenal karena kilau batu aneka warna yang kian mempesona. Membawa harum nama kawasan itu ke mancanegara.

 

Tagsbatubatu akikcatatan Pesona Batu Pase untuk Seluruh Negeri
Previous Article

Asa Salahuddin jadikan Ulee Madon Sentra Udang

Next Article

Kepiluan Keluarga Politisi Myanmar

Share:

Masriadi Sambo

Sehari-hari lebih banyak di warung kopi. Menikmati kopi, menulis apa saja sesukanya, seenaknya. Sejauh ini telah menulis beberapa buku dan novel, diantaranya Cinta Kala Perang, Cinta Yang Hilang, Pengantar Jurnalisme Multiplatform, Media Relations Kontemporer. Aktif menjadi pembicara untuk tema jurnalisme, komunikasi massa dan politik. Menjadi peneliti tetap di Integrity, sebuah lembaga swadaya masyarakat berbasis di Lhokseumawe. Sejak tahun 2005 hingga kini, menulis esei, artikel, cerita pendek, buku, buku biografi, buku ilmiah dan novel.

Related articles More from author

  • Catatan

    Berawal dari Buku, Anak dan Ikhtiar Pengabdian Agustia  

    Juli 22, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Catatan

    Makan Nikmat, Musik Asik, Lokasi Instagenic

    Juni 23, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Catatan

    Mengajar Anak Nelayan hingga Buruh Tani

    Juli 7, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Catatan

    Saya, Junaidi dan Rapai

    Oktober 20, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Catatan

    Asa Salahuddin jadikan Ulee Madon Sentra Udang

    Juni 28, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Catatan

    Dalam Dekapan Hutan Singkil  

    Juli 29, 2019
    By Masriadi Sambo

Baca juga :

  • Catatan

    Kesegaran di Lintas Sumatera

  • Cerpen

    Abdi

  • Catatan

    Menunggu Senja Tenggelam di Kupiah Teuku Umar

Postingan Terbaru

Catatan

Desau Kesejukan di Kebun Kurma Terluas di Aceh

  • Kritik Buat Gugus Tugas Covid-19

    By Masriadi Sambo
    April 9, 2020
  • Menikmati Sejuk di Lhok Sijuek ….

    By Masriadi Sambo
    Januari 23, 2020
  • Dan Uban pun Bertambah | 15 Desember

    By Masriadi Sambo
    Desember 31, 2019
  • Kisah Nur Fadhilah, Lumpuh Total, Ditinggal Suami dan Membesarkan Anak

    By Masriadi Sambo
    Desember 9, 2019

Temukan saya di Facebook

Kontak

  • Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Lhokseumawe Jalan Simpang Ardat No 20, Kota Lhokseumawe 24300
  • 0852-9650-3400
  • aku[at]masriadisambo.id
  • Recent

  • Popular

  • Desau Kesejukan di Kebun Kurma Terluas di Aceh

    By Masriadi Sambo
    April 16, 2020
  • Kritik Buat Gugus Tugas Covid-19

    By Masriadi Sambo
    April 9, 2020
  • Desau Kesejukan di Kebun Kurma Terluas di Aceh

    By Masriadi Sambo
    April 16, 2020
  • Lubang Dada

    By Masriadi Sambo
    Mei 29, 2019

Ikuti saya

© Copyright 2020. All rights reserved.