Masriadi Sambo

Top Menu

  • Home Page Utama
  • Tentang Saya

Main Menu

  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Artikel
  • Buku
  • Catatan
  • Cerpen
  • Info
  • Jurnal
Sign in / Join

Login

Welcome! Login in to your account
Lost your password?

Lost Password

Back to login

Masriadi Sambo

Masriadi Sambo

  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Artikel
  • Buku
  • Catatan
  • Cerpen
  • Info
  • Jurnal
  • Desau Kesejukan di Kebun Kurma Terluas di Aceh

  • Kritik Buat Gugus Tugas Covid-19

  • Menikmati Sejuk di Lhok Sijuek ….

  • Dan Uban pun Bertambah | 15 Desember

  • Kisah Nur Fadhilah, Lumpuh Total, Ditinggal Suami dan Membesarkan Anak

  • Palang Pintu Terakhir Penderita HIV di Aceh….

  • Cerita Dani kembangkan Bisnis Kopi

  • Secangkir Kopi Nira di Suatu Sore…

Artikel
Home›Artikel›Menerka Langkah Akhir Jokowi untuk Aceh

Menerka Langkah Akhir Jokowi untuk Aceh

By Masriadi Sambo
Juni 12, 2022
5
0
Share:

Pemilihan penjabat Gubernur Aceh, yang akan memimpin Aceh selama dua setengah tahun, sangat krusial karena kompleksitas permasalahan di Aceh. Aceh butuh figur perekat untuk mencapai kata kemakmuran dan kesejahteraan.

Masa jabatan Gubernur Aceh Nova Iriansyah tinggal menghitung hari, yaitu 5 Juli 2022. Selanjutnya, Aceh akan dipimpin Penjabat Kepala Daerah hingga Pemilihan Umum 2024. Bukan hanya Nova, sebanyak 101 kepala daerah mulai dari gubernur, bupati, hingga wali kota juga berakhir masa jabatannya tahun ini.

Untuk Aceh, tampaknya ini akan menjadi istimewa, bersama Papua dan Papua Barat. Tiga provinsi ini menjadi daerah bekas konflik dan konflik yang sedang berlangsung.

Aceh kita tahu porak karena perang dan poranda karena tsunami. Karena itu pula, langkah Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian sangat penting di Aceh. Penting, untuk memperpanjang umur perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan RI. Situasi kondusif selama 15 tahun terakhir ini harus dipertahankan. Jika pun ada insiden, ibarat kerikil dalam sepatu perdamaian. Bisa dipindah dan dibuang, hingga tidak melukai kaki.

Tito pula yang akan menentukan tiga nama untuk diajukan kepada Presiden Joko Widodo. Satu dari tiga nama itu akan diangkat menjadi Pj Gubernur Aceh lewat keputusan presiden.

Penjabat Gubernur Aceh kali ini bukan penjabat biasa. Rentang waktunya dua tahun lebih hingga pelantikan gubernur terpilih hasil Pemilu 2024. Setidaknya, penjabat gubernur ini akan mengatur tiga kali APBD murni dan dua kali APBD perubahan. Untuk Aceh, dana APBD per tahun lebih dari Rp 16 triliun.

Sayangnya, uang ternyata tak mampu menggaransi Aceh bebas dari angka kemiskinan. Provinsi ini tercatat sebagai provinsi termiskin di Pulau Sumatera (BPS, 2021). Angka kemiskinan mencapai 15 persen dari total penduduk Aceh yang sebanyak 4,7 juta jiwa.

Belum lagi persoalan pengangguran, minim lapangan kerja, dan rendahnya investasi. Kompleksitas masalah Aceh tentu akan semakin ruwet jika dipimpin oleh penjabat kepala daerah ”bertangan kasar”, tanpa rasa sensitif dan iktikad mengurai benang kusut pembangunan daerah paling ujung Sumatera itu.

Sisi politik, Aceh masih berkutat dengan turunan MOU Helsinki yang belum seluruhnya dituntaskan. Kabar terbaru, Fraksi Gerindra DPR, Ketua MPR Ahmad Muzani, bersama Menteri Dalam Negeri RI Tito Karnavian bertemu membahas tanah untuk 3.000 eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dalam klausul MOU, negara memberikan tanah 2 hektar per mantan kombatan GAM yang hingga kini belum terealisasi (Kompas, 13 April 2022). Poin menarik lainnya, membahas kemungkinan pengibaran bendera Aceh yang masih menjadi polemik hingga kini.

Perdamaian Aceh dan Indonesia di Helsinki pada 2005 sejatinya menjadi titik tolak pembangunan. Konflik panjang menuju perdamaian itu menghancurkan perekonomian, mental, dan trauma mendalam anak bangsa. Ribuan nyawa hilang, ribuan keluarga menjadi yatim dan piatu. Ini tentu menjadi rekam pilu dalam sejarah bangsa yang harus dikenang, agar tidak terulang.

Kompleksitas masalah Aceh tentu akan semakin ruwet jika dipimpin oleh penjabat kepala daerah ”bertangan kasar ”, tanpa rasa sensitif dan iktikad mengurai benang kusut pembangunan daerah paling ujung Sumatera itu.
Langkah Jokowi

Untuk itulah, langkah Presiden Jokowi memilih kepala daerah di Aceh menjadi penting. Jokowi tentu sedikit banyak paham karakter masyarakat Aceh, karena pernah lama menetap di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh.

Figur penjabat kepala daerah ini bukan semata-mata mengacu kepada sindiran populer harus memiliki integritas, kapasitas, dan isitas. Isitas diidentikkan dengan politik transaksional kalangan elite politik negeri. Menempatkan kolega dan kelompok untuk menjadi pejabat daerah dengan barter mahar tertentu yang disebut isi tas (baca-uang).

Jika ini terjadi, kita tidak berkutat dari persoalan klasik yang disebut mahar politik. Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) dalam riset 2016 menyebutkan, mahar politik untuk gubernur dalam pemilihan kepala daerah langsung sekitar Rp 100 miliar. Jumlah yang sangat fantastis.

Dalam transaksional penentuan penjabat kepala daerah, sinyalemen politik transaksional tetap mengemuka di hadapan publik. Ini penyakit ibarat angin busuk dalam lambung manusia. Bau busuk, tetapi tidak terlihat kasatmata.

Untuk itu, Presiden Jokowi perlu menunjukkan sikap khusus untuk Aceh agar perdamaian bisa langgeng. Menempatkan figur yang kompeten, paham akan seluk- beluk Aceh dan masalah di dalamnya, serta menjadi petarung untuk memperjuangkan kebenaran.

Aceh butuh figur perekat untuk mencapai kata kemakmuran dan kesejahteraan. Setara dengan provinsi lainnya dan keluar dari lubang jarum daerah termiskin. Sosok penjabat gubernur menjadi faktor penting agar kita tidak terjerembab pada masalah klasik, korupsi, dan abai akan kebutuhan mendasar rakyat.

Maka, penting figur penjabat gubernur berintegritas dan berkapasitas. Walau bisa jadi tak punya isitas dalam lobbying untuk menjadi pejabat daerah. Saya menyakini, masih banyak generasi Aceh yang memiliki nurani bersih, untuk membangun daerah ini. Tentu itu semua butuh sentuhan Jokowi. Tangan dingin Jokowi memilih sosok tepat berdampak kepada kemajuan daerah dengan penerapan syariat Islam ini.

Aceh tidak butuh sebatas elite yang menjalankan rutinitas dan menguras anggaran daerah untuk jangka waktu 2 tahun 6 bulan selama menjabat penjabat gubernur. Aceh butuh kejujuran, ketulusan, dan keberanian penjabat gubernur untuk melangkah maju ke depan setara dengan provinsi lainnya di Nusantara.

Masriadi Sambo, Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Malikussaleh Aceh; Sekretaris Lembaga Pusat Studi Sosial dan Humaniora (LP2SH) Aceh.

SUMBER : HARIAN KOMPAS

Previous Article

Dari Renggali Jelajah 3 Destinasi di Pinggir ...

Next Article

Membenahi Kualitas Pendidikan Kita

Share:

Masriadi Sambo

Sehari-hari lebih banyak di warung kopi. Menikmati kopi, menulis apa saja sesukanya, seenaknya. Sejauh ini telah menulis beberapa buku dan novel, diantaranya Cinta Kala Perang, Cinta Yang Hilang, Pengantar Jurnalisme Multiplatform, Media Relations Kontemporer. Aktif menjadi pembicara untuk tema jurnalisme, komunikasi massa dan politik. Menjadi peneliti tetap di Integrity, sebuah lembaga swadaya masyarakat berbasis di Lhokseumawe. Sejak tahun 2005 hingga kini, menulis esei, artikel, cerita pendek, buku, buku biografi, buku ilmiah dan novel.

Related articles More from author

  • Artikel

    Informasi Kemerdekaan Indonesia Tertunda di Aceh  

    Juli 18, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Artikel

    Kampanye Alakadar    

    Juni 18, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Artikel

    Pembelajaran Selama Pandemi ; Tantangan dan Evaluasi

    Juni 10, 2021
    By Masriadi Sambo
  • Artikel

    Politisi dan Media Massa

    Juni 1, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Artikel

    Rerbranding Golkar  

    Juni 17, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Artikel

    Sineas Aceh  

    Mei 29, 2019
    By Masriadi Sambo

Baca juga :

  • Catatan

    Senyum CS, Nomor Cantik dan Kemudahan BNI46  

  • Artikel

    Media dan Insiden Tolikara

  • Catatan

    Singgahlah Sejenak di Sate Apaleh

Postingan Terbaru

Artikel

Membenahi Kualitas Pendidikan Kita

  • Menerka Langkah Akhir Jokowi untuk Aceh

    By Masriadi Sambo
    Juni 12, 2022
  • Dari Renggali Jelajah 3 Destinasi di Pinggir Danau Laut Tawar

    By Masriadi Sambo
    September 29, 2021
  • Cerita Pengrajin Tas Aceh Ditahun Kedua Pandemi Covid-19

    By Masriadi Sambo
    September 25, 2021
  • Mencari Kesahalan Diri

    By Masriadi Sambo
    September 18, 2021

Temukan saya di Facebook

Kontak

  • Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Lhokseumawe Jalan Simpang Ardat No 20, Kota Lhokseumawe 24300
  • 0852-9650-3400
  • aku[at]masriadisambo.id
  • Recent

  • Popular

  • Membenahi Kualitas Pendidikan Kita

    By Masriadi Sambo
    Juni 17, 2022
  • Menerka Langkah Akhir Jokowi untuk Aceh

    By Masriadi Sambo
    Juni 12, 2022
  • Membenahi Kualitas Pendidikan Kita

    By Masriadi Sambo
    Juni 17, 2022
  • Lubang Dada

    By Masriadi Sambo
    Mei 29, 2019

Ikuti saya

© Copyright 2020. All rights reserved.