Masriadi Sambo

Top Menu

  • Home Page Utama
  • Tentang Saya

Main Menu

  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Artikel
  • Buku
  • Catatan
  • Cerpen
  • Info
  • Jurnal
Sign in / Join

Login

Welcome! Login in to your account
Lost your password?

Lost Password

Back to login

Masriadi Sambo

Masriadi Sambo

  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Artikel
  • Buku
  • Catatan
  • Cerpen
  • Info
  • Jurnal
  • Desau Kesejukan di Kebun Kurma Terluas di Aceh

  • Kritik Buat Gugus Tugas Covid-19

  • Menikmati Sejuk di Lhok Sijuek ….

  • Dan Uban pun Bertambah | 15 Desember

  • Kisah Nur Fadhilah, Lumpuh Total, Ditinggal Suami dan Membesarkan Anak

  • Palang Pintu Terakhir Penderita HIV di Aceh….

  • Cerita Dani kembangkan Bisnis Kopi

  • Secangkir Kopi Nira di Suatu Sore…

Catatan
Home›Catatan›Cerita Dani kembangkan Bisnis Kopi

Cerita Dani kembangkan Bisnis Kopi

By Masriadi Sambo
November 30, 2019
83
0
Share:

Dani (22), mahasiswa semester akhir Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh Utara, memajang aneka kopi di kampusnya, Jumat (29/11/2019). Pria asal Simpang Tiga, Kecamatan Redelong, Kabupaten Bener Meriah itu memberanikan membuka label sendiri usaha kopi miliknya. Seranting Kopi.

 

Sejak Oktober lalu, dia ingin mandiri. Sebelumnya, sembari kuliah dia menjadi agen pemasaran sejumlah merk kopi Gayo dari Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Kabupaten Gayo Lues, Aceh.

 

“Saya ingin memajukan kopi saya sendiri. Langsung dari kebun orang tua saya,” katanya tersenyum.

 

Untuk langkah awal, dia pun mendirikan Yolandfee, sebagai brand awal. Belakangan, dia menyadari brand itu kurang mudah dikenal penikmat kopi. Sehingga, dia pun mengganti menjadi seranting kopi. Seranting, kata Dani bermakna setangkai, bisa juga secangkir kopi.

 

Di tengah banyaknya merk kopi asal dataran tinggi Aceh itu, pria ini mencoba keberuntungan. “Dengan modal kecil-kecilan dulu. Saya pasarkan ke warung-warung kampus, dan sejumlah minimarket di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe,” katanya.

 

Tak tanggung-tanggung, dia pun menyiapkan paket berat 100 gram per bungkus. Tersedia empat jenis kopi seperti spesial honey dijual Rp 25 ribu, arabika eklusif  Rp 23 ribu, specialty blend Rp 20 ribu dan kopi tradisional gayo Rp 15 ribu per bungkus.

 

Untuk memajukan petani kopi, sambung Dani, harus dimulai dengan menguasai pasar kopi. Dia belajar banyak sebagai sales kopi selama empat tahun terakhir. Karena itu pula, kebun kopi milik orangtuanya seluas setengah hektare kini tak lagi menjual ke pengepul.

 

“Saya bilang ke orang tua, kita jual kopi sendiri saja. Saya yang jual, ayah dan ibu yang memilih jenis kopi yang akan dijual, misalnya ke jenis honey dan lain sebagainya. Jadi, ini langkah saya memajukan bisnis kopi orang tua saya yang seumur hidupnya menjadi petani,” katanya.

Dengan brand milik sendiri, Dani berupaya mengenalkan kopi gayo itu ke dunia. Selama ini, menurutnya kopi gayo dikenal di Eropa. Sayangnya, sebagian besar menggunakan merk dagang milik pengusaha eropa.

 

“Mereka beli dari Gayo, tapi merknya tetap milik mereka sendiri. Ini membuat seakan-akan barang itu milik mereka, asalnya jarang disebut,” katanya.

 

Soal kualitas kopi, sambung Dani, dunia sudah mengakui kopi Gayo sebagai salah satu kopi terbaik dari Indonesia. Namun, Dani ingin kopi itu dikenal dengan merk dagang sendiri.

 

“Saya ingin ini dari Gayo sendiri, merk gayo, saya orang Gayo tentu akan bangga sekali bisa memajukan kopi langsung dari petaninya. Langkah awal punya orang tua dulu, nanti yang lainnya,” terangnya.

 

Dani enggan menyebutkan omsetnya. Maklum, sambung Dani, bisnisnya belum begitu berkembang. Namun, omset itu sambungnya bisa lebih menguntungkan dibanding langsung menjual bulir kopi ke pengepul.

 

“Kalau diolah begini, dipilih bijinya, dikemas dan dijual itu jauh lebih untung dibanding langsung panen dan jual ke pengepul,” terangnya.

 

Dia berharap, bisnisnya terus berkembang. Tekadnya memasarkan kopi miliknya terus tumbuh. Berharap kopi itu akan terus dikenal. Bukan sebatas bisnis, namun untuk mensejahterakan petani kopi.

 

“Agar petani makmur, dengan merk dagang sendiri. Saya coba lewat saya, nanti saya bagikan pengalaman ini ke petani lainnya,” pungkasnya.

 

 

 

 

TagsSaat Mahasiswa Meraup Untung dari Kopi Gayo
Previous Article

Secangkir Kopi Nira di Suatu Sore…

Next Article

Palang Pintu Terakhir Penderita HIV di Aceh….

Share:

Masriadi Sambo

Sehari-hari lebih banyak di warung kopi. Menikmati kopi, menulis apa saja sesukanya, seenaknya. Sejauh ini telah menulis beberapa buku dan novel, diantaranya Cinta Kala Perang, Cinta Yang Hilang, Pengantar Jurnalisme Multiplatform, Media Relations Kontemporer. Aktif menjadi pembicara untuk tema jurnalisme, komunikasi massa dan politik. Menjadi peneliti tetap di Integrity, sebuah lembaga swadaya masyarakat berbasis di Lhokseumawe. Sejak tahun 2005 hingga kini, menulis esei, artikel, cerita pendek, buku, buku biografi, buku ilmiah dan novel.

Related articles More from author

  • Catatan

    Nikmati Ikan Bakar di Jaring Pukat

    Juni 26, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Catatan

    Semilir Angin di Kuala Dhoe…

    November 24, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Catatan

    Jumat Pertama Wajib Berbahasa Aceh di Lhokseumawe

    Agustus 30, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Catatan

    Menerabas Belantara ke Cut Meutia

    November 11, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Catatan

    Catatan Pembangunan Unimal era Prof Apridar

    Juli 16, 2019
    By Masriadi Sambo
  • Catatan

    Sehari di Bur Telege…

    Juli 24, 2019
    By Masriadi Sambo

Baca juga :

  • Artikel

    Pers Profesionalisme

  • Info

    Berburu Rupiah di Akhir Bulan Penuh Berkah…

  • Catatan

    Rehat di Seumadu…

Postingan Terbaru

Catatan

Desau Kesejukan di Kebun Kurma Terluas di Aceh

  • Kritik Buat Gugus Tugas Covid-19

    By Masriadi Sambo
    April 9, 2020
  • Menikmati Sejuk di Lhok Sijuek ….

    By Masriadi Sambo
    Januari 23, 2020
  • Dan Uban pun Bertambah | 15 Desember

    By Masriadi Sambo
    Desember 31, 2019
  • Kisah Nur Fadhilah, Lumpuh Total, Ditinggal Suami dan Membesarkan Anak

    By Masriadi Sambo
    Desember 9, 2019

Temukan saya di Facebook

Kontak

  • Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Lhokseumawe Jalan Simpang Ardat No 20, Kota Lhokseumawe 24300
  • 0852-9650-3400
  • aku[at]masriadisambo.id
  • Recent

  • Popular

  • Desau Kesejukan di Kebun Kurma Terluas di Aceh

    By Masriadi Sambo
    April 16, 2020
  • Kritik Buat Gugus Tugas Covid-19

    By Masriadi Sambo
    April 9, 2020
  • Desau Kesejukan di Kebun Kurma Terluas di Aceh

    By Masriadi Sambo
    April 16, 2020
  • Lubang Dada

    By Masriadi Sambo
    Mei 29, 2019

Ikuti saya

© Copyright 2020. All rights reserved.